Danantara dan BUMN Pangan: Harapan Baru Menuju Swasembada Pangan

Oleh:
Amirusholihin
Dosen Prodi Agribisnis
Digital
Fakultas
Ketahanan Pangan
Universitas
Negeri Surabaya
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pangan memiliki peran krusial dalam menjaga
ketahanan pangan nasional, menstabilkan harga, serta mendukung kesejahteraan
petani dan produsen lokal. Namun, selama ini banyak BUMN pangan yang menghadapi
tantangan besar, mulai dari manajemen yang belum optimal, keterbatasan modal,
hingga persaingan dengan sektor swasta yang lebih efisien. Dengan terbentuknya Daya Anagata
Nusantara (Danantara), holding BUMN yang bertujuan mengonsolidasikan BUMN,
terbuka keuntungan besar bagi BUMN pangan untuk berkembang lebih optimal dan
meningkatkan daya saingnya di pasar domestik dan global. Danantara membawa
harapan baru bagi sektor pangan nasional melalui integrasi, efisiensi, dan
strategi bisnis yang lebih modern.
Kondisi BUMN Pangan di Indonesia
BUMN pangan
di Indonesia menerima tugas yang berat di era kepemimpinan Presiden Probowo. Presiden
menghendaki terciptanya swasembada pangan di Indonesia yang termuat dalam asta
cita presiden. Pemerintah menuntut BUMN pangan berperan lebih aktif dalam
meningkatkan produksi, mempercepat distribusi, dan menekan ketergantungan impor
bahan pangan. BUMN pangan seperti Perum. Bulog (Badan Urusan Logistik), ID FOOD
(PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)., PT. Pupuk Indonesia (Persero), dan
PT Perkebunan Nusantara (Holding PTPN) harus meningkatkan daya serap hasil
pertanian domestik, mempercepat distribusi pupuk dan benih, serta mengembangkan
teknologi pertanian yang lebih modern. Selain itu, pemerintah berencana
merevitalisasi jutaan hektar lahan yang rusak untuk meningkatkan produksi
pangan nasional yang menjadi PR bagi BUMN Pangan.
BUMN pangan
merupakan BUMN kecil jika dibandingkan dengan sumbangan deviden ke tujuh BUMN
yang dikabarkan bergabung dalam Danantara seperti PT Bank Mandiri (Persero),
Tbk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), PT PLN (Persero) PT Pertamina
(Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), PT Telkom Indonesia
(Persero) Tbk, dan Mining Industry Indonesia (MIND ID). Penerimaan Negara dari
BUMN pangan berasal dari pajak yang perusahaan setorkan ke Negara. Berdasarkan
data dari laporan keuangan masing-masing perusahaan BULOG menyumbang pajak
sebesar Rp 549,5 miliar pada tahun 2023, sementara ID FOOD - Rp 32,5 miliar.
Holding Perkebunan PTPN menyumbangkan pajak Rp 4,8 miliar. Jumlah ini tentu
sangat kecil jika dibandingkan dengan tujuh BUMN yang bergabung awal ke
Danantara.
Meskipun bukan BUMN besar, BUMN pangan masih menghadapi beberapa tantangan,
seperti inefisiensi dan manajemen stok, Ketergantungan pada impor komoditas
tertentu (gula, daging, garam, kedelai, dll). Persaingan dengan swasta yang
lebih fleksibel, serta Modernisasi dan digitalisasi yang masih tertinggal. Tantangan ini lah yang
harus dijawab oleh BUMN pangan sehingga tugas berat yang dibebankan dapat
dilaksanakan dengan baik.
Danantara
sebagai Holding BUMN pangan
Menurut Boros
et al. (2025), keberhasilan swasembada pangan sangat bergantung pada kebijakan
yang mendukung, adopsi teknologi, dan modal. Kebijakan pemerintah dengan
membentuk holding BUMN berupa Danantara, merupakan terobosan yang sangat
berani. Walaupun banyak mendapat tekanan dari masyarakat, tatapi jika dikelola
dengan benar Danantara mampu berkembang dan merangkul BUMN kecil seperti BUMN
pangan. Dalam pembentukan awal Danantara hanya melibatkan tujuh BUMN besar,
namun lambat laun Danantara digadang akan merangkul BUMN menengah dan kecil
juga.
Keikutsertaan
BUMN berskala menengah dan kecil dalam Danantara akan menciptakan keuntungan
baru terutama BUMN pangan. Keuntungan pertama adalah akses pendanaan yang lebih
mudah, dengan bergabung ke dalam holding, BUMN pangan bisa mendapatkan
pendanaan lebih mudah karena dukungan dari induk holding dan skala ekonomi yang
lebih besar. Investor lebih tertarik pada entitas besar dengan struktur
keuangan yang lebih kuat (Ficbauer & Režňáková, 2014). Pertumbuhan skala
produksi akan mudah dicapai sehingga, bisa memperluas jangkauan pasar, baik
nasional maupun internasional.
Keuntungan kedua yang akan didapat BUMN pangan adalah efisiensi
operasional. Danantara dapat melakukan konsolidasi operasional, seperti
pengadaan bersama, optimalisasi SDM, dan pemanfaatan aset yang lebih baik.
Pengurangan biaya overhead dan beban administrasi melalui sinergi antar
perusahaan dalam holding mampu memunculkan efiseinsi bagi Perusahaan dan dapat
meingkatkan keuntungan perusahaan (Johnson
& Meinster, 2016). Keuntungan ketiga yang bisa didapat yaitu peningkatan tata kelola dan profesionalisme.
Holding akan membantu memperbaiki tata kelola perusahaan dengan standar yang
lebih baik, meningkatkan profesionalisme dalam manajemen, yang dapat berdampak
pada kinerja perusahaan. Keuntungan terakhir adalah akses ke teknologi inovasi dan dukungan
dalam transformasi digital. Standarisasi anggota holding akan mendorong BUMN
pangan mengikuti standarisasi Holding yang
lebih baik (Xu, 2017). Akses ke teknologi dan praktik terbaik dari standar
holding bisa diterapkan oleh BUMN kecil untuk meningkatkan produktivitas dan
daya saing. Holding dapat memfasilitasi digitalisasi proses bisnis, baik dalam
sistem keuangan, pemasaran, maupun manajemen rantai pasok.
Dengan
berbagai keuntungan ini, BUMN pangan yang bergabung ke Danantara dapat memperoleh
dukungan kebijakan, adopsi teknologi, dan modal sehingga lebih berkembang,
berdaya saing, dan memiliki masa depan yang lebih cerah dalam ekosistem bisnis Indonesia.
Referensi
Boros, A.,
Szólik, E., Desalegn, G., & Tőzsér, D. (2025). A Systematic Review of
Opportunities and Limitations of Innovative Practices in Sustainable
Agriculture. Agronomy, 15(1), 76. Tautan ke jurnal
Ficbauer, D.,
& Režňáková, M. (2014). Holding Company and Its Performance. Acta
Universitatis Agriculturae et Silviculturae Mendelianae Brunensis, 62(2),
329–337. https://doi.org/10.11118/ACTAUN201462020329
Johnson, R.
D., & Meinster, D. R. (2016). Bank Holding Companies: Diversification
Opportunities in Nonbank Activities. Eastern Economic Journal, 1(4),
316–323. https://ideas.repec.org/a/eej/eeconj/v1y1974i4p316-323.html
Xu, W.-B.
(2017). Dynamic Weighted Comprehensive Assessment Model of the Advantages of
Financial Holding Companies. DEStech Transactions on Social Science,
Education and Human Science. https://doi.org/10.12783/DTSSEHS/ESHD2016/5219
Share It On: